Religi

Mengintip Masjid Qiblatain, Masjid dengan Dua Kiblat di Madinah

Sumber Foto: Instagram @fauzulasdar

JAKARTA – Masjid Qiblatain di Madinah berbeda dengan masjid lain yang ada di dunia, lho. Masjid ini merupakan salah satu dari sekian banyak masjid di Madinah yang mempunyai nilai sejarah. Di masjid ini merupakan titik awal perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsha di Palestina yang berubah menjadi kearah Masjidil Haram di Mekkah.

Awalnya masjid ini diberi nama Masjid Bani Salamah, karena memang lokasinya di pemukiman Bani Salamah, dan dibangun bekas rumah Bani Salamah. Disekelilingnya dipenuhi oleh perkebunan dan di sebelahnya terhampar sebuah lembah Al Aqiq.

Masjid ini berdiri kira-kira 5 km dari Masjid Nabawi, atau lebih tepatnya di jalan Khalid bin Abd. Walid, yang merupakan jalan yang mengarah ke sebuah kampus Universitas Madinah.

Kenapa Dinamakan Masjid Qiblatain?

Masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain karena memiliki dua kiblat. Masjid ini menjadi saksi sejarah perpindahan kiblat salat umat Islam.

Ketika Rasulullah SAW berada di Madinah, beliau awalnya menghadap Baitul Maqdis di Palestina saat salat. Hal ini membuat orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah merasa bangga. Namun, Rasulullah SAW lebih senang jika kiblatnya mengarah ke Baitullah di Mekkah.

Rasulullah SAW kemudian berdoa kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk mengenai kiblat. Beliau tidak ingin umat Islam terus menghadap ke Baitul Maqdis saat salat, karena hal itu dijadikan bahan ejekan oleh orang Yahudi yang banyak tinggal di sana.

Setelah kira-kira 16 atau 17 bulan salat menghadap Baitul Maqdis, turunlah ayat Al-Qur’an yang berisi perintah Allah SWT agar kiblat salat berpindah menghadap Baitullah. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 142.

Apa Sih Keunikan Masjid Qiblatain?

Ada tiga keunikan Masjid Qiblatain yang membuatnya berbeda dari masjid lainnya:

  1. Masjid ini satu-satunya yang memiliki dua mihrab.
  2. Tempat turunnya surat Al-Baqarah ayat 144, yang mengungkapkan perintah perubahan arah kiblat bagi seluruh umat Islam.
  3. Nama Masjid Qiblatain diberikan setelah turunnya wahyu tentang perubahan arah kiblat. Penting untuk dicatat bahwa umat Islam tidak menyembah Ka’bah atau Masjidil Aqsha, melainkan menghadapnya sebagai pusat arah ibadah salat.

Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali renovasi, salah satunya pada masa Kesultanan Sulaiman pada tahun 1543 M atau 893 Hijriyah.

Jika dilihat dari struktur bangunannya Masjid Qiblatain ini memiliki 5 kubah dengan hiasan ukiran yang indah. Terutama di bagian mihrab masjid di dalamnya terdapat ukiran berwarna coklat dan ada kaligrafi berwarna emas. Sementara di bagian luar dan dalam masjid juga dihiasi dengan warna putih.

Masjid Qiblatain ini bisa menampung 4000 jemaah, lho. Luas masjid ini sekitar 3920 meter persegi, dengan 2 lantai Dimana lantai atasnya dipergunakan untuk Jamaah Wanita. Sementara di lantai utama dipergunakan untuk Jemaah laki-laki. Ada juga ruangan khusus untuk para penghafal Qur’an. Untuk wudhu juga sudah disediakan untuk 80 jemaah laki-laki dan 30 jemaah wanita.

Dimasjid ini juga ada ruang utama yang memiliki luas 1190 m2 yang berada persis dibawah kubah besar dan ruangan seluas 400 m2 untuk sholat Wanita dengan karpet yang sangat tebal dan lembut.

Jika musim haji tiba ataupun umroh, masjid ini menjadi tujuan para Jemaah dari seluruh dunia termasuk juga jamaah yang berasal dari Indonesia. (yk/dbs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button